The Da Vinci Code

 KURATOR TERKENAL Jacques Saunière menatap jauh melintasi selasar
berongga Galeri Agung Museum Louvre. Ia menerjang lukisan terdekat yang
dapat ia lihat, lukisan Caravaggio. Dengan mencengkeram bingkai bersepuh
emas itu, lelaki berusia 76 itu merenggutkan mahakarya itu ke arah dirinya.
Lukisan itu terlepas dari dinding, dan Saunière terjengkang di bawah kanvas.
Seperti yang telah ia perkirakan, gerbang besi jatuh bergemuruh di dekatnya,
menghalangi pintu masuk ke ruangan suite itu.
Lantai parket bergetar. Di kejauhan, sebuah alarm mulai berdering.
Sang kurator terbaring sebentar, tersengal-sengal, mengumpulkan tenaga.
Aku masih hidup. Ia merangkak keluar dari bawah kanvas, dan memindai
ruangan seperti gua itu, mencari-cari tempat untuk sembunyi.
Seseorang bicara, dekat dan mengerikan. “Jangan bergerak!”




Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci

Ebook ini merupakan kumpulan motivasi, inspirasi, cerita bijak, renungan, kata-kata bijak, cerita unik yang menarik, kisah teladan, kisah sukses yang kesemuanya mengatas namakan cinta. ebook ini cukup menarik untuk anda baca. Apalagi di dalamnya berisi tentang kumpulan motivasi, inspirasi, cerita bijak, renungan, kata-kata bijak, cerita unik yang menarik, kisah teladan, kisah sukses.




Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)

Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih.
Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan.
Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya diusirnya.
Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi.
Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya.
Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahu 1922. Buku yang berjudul Siti Nurbaya ini berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman di antara roman-roman lain yang dianggap orang sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Penilaian itu tidak didasarkan pada temanya, tetapi berdasarkan pemakaian bahasa dan gayanya yang tersendiri. Buku ini menggunakan bahasa melayu. Oleh karena itu, orang melayu pasti akan lebih mudah membaca dan segera mengerti isinya. Karena terkenalnya sampai-sampai zaman itu dinamai zaman Siti Nurbaya.
Roman karyanya ini berhasil pula merebut hadiah tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1969.
Dalam karya-karyanya berjudul Siti Nurbaya, Marah Rusli ingin merombak adat yang berlaku pada masa itu dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Pelaku utamanya pada roman ini adalah Siti Nurbaya, Samsulbahri, dan Datuk Maringgih.
Membaca roman Siti Nurbaya kita diajak mengikuti liku-liku kehidupan masyarakat Padang pada masa itu, khususnya kisah cinta yang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia, Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
Pengarang, dalam hal ini Marah Rusli sebagai pemuda terpelajar memiliki pemikiran jauh lebih maju daripada masyarakat disekitarnya. Ia telah mengenal tata cara hidup dan kebudayaan asing yang sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap jiwanya. Dari dasar itu timbul gejolak pemberontak ingin menerobos adapt lama yang mengungkung dengan ketat dan dianggap oleh Marah Rusli sebagai sesuatu yang tidak perlu terjadi.
Marah Rusli ini lahir di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889 dan meninggal di Bandung pada tanggal 17 Januari 1968.
Pengarang ini telah menamatkan SD di Padang pada tahun 1904 dan menamatkan Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukit Tinggi pada tahun 1910. Setelah tamat Sekolah Dokter Hewan di Bogor pada tahun 1915, ia diangkat menjadi adjunct dokter hewan di Sumbawa Besar, kemudian (1916) menjabat Kepala perhewanan di Bima. Tahun 1918 pindah menjadi kepala peternakan hewan kecil di Bandung, kemudian mengepalai daerah perhewanan di Cirebon. Tahun 1919 menjabat kepala daerah perhewanan di Blitar, tahun 1920 menjadi asisten leraar Kedokteran Hewan Bogor, tahun 1921 menjadi dokter hewan di Jakarta, tahun 1925 pindah ke Tapanuli. Sejak tahun 1929 sampai datang revolusi 1945 menjadi dokter hewan kotapraja Semarang. Selama revolusi tinggal di Solo, kemudian bekerja pada ALRI di Tegal. Tahun 1948 diangkat menjadi lektor di Fakultas Dokter Hewan Klaten dan dalam tahun 1950 kembali ke Semarang. Sejak tahun 1951 menjalani masa pensiun di Bogor, tetapi masih tetap menyumbangkan tenaganya di Balai Penelitian Ternak Bogor sampai akhir hayatnya.





Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sepercik Cahaya Keindahan Islam

Dalam buku “Sepercik Cahaya Keindahan Islam” kita diajak untuk mengenali berbagai sisi keindahan dan keadilan syariat Al Qur’an dalam segala aspeknya. Bukan hanya dalam urusan peribadatan kepada Allah Ta’ala semata, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupan umat manusia.


 




Berikut topik-topik yang dibahas dalam buku tersebut:

1. Aqidah
2. Metode Beramal
3. Keadilan
4. Pendidikan
5. Kemasyarakatan
6. Hubungan Pria dan Wanita
7. Hubungan Suami Istri
8. Gaya Hidup
9. Perniagaan
10. Sosial
11. Hubungan Dengan makhluk

Dalam setiap pembahasan, penulis juga menukilkan dari beberapa hadits yang berhubungan. Kadang-kadang juga disertai dengan kisah-kisah atau cerita-cerita yang memudahkan kita dalam memahai keindahan syariat Al Quran dan Islam.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan kepada saudara sepupunya akidah Al Qur’an di atas dengan sabdanya, “Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Ahmad, dan At Tirmizi).




Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sengsara Membawa Nikmat

Sebelum melaju ke jalan utama Nikmat Selingkuh Membawa Sengsara  tulisan ini, saya ajak pembaca berputar jalan sejenak. Percayalah sidang pembaca, sekalipun kita berputar memasuki jalan tikus Sengsara Membawa Nikmat toh pabila bersabar membacanya akan sampai pada jalan utama Nikmat Selingkuh Membawa Sengsara.

Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati. Seorang sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka. Tokoh utamanya antara lain: Midun, Kacak dan Halimah. Novel terbitan tahun 1928 itu menceritakan perjalanan lika-liku hidup Midun yang penuh kesengsaraan. Beberapa kali ia masuk bui. Itu semua akibat gejolak hawa nafsu Kacak yang tidak senang dengan kemujuran Midun. Namun lantaran Midun tabah dan berlapang dada menghadapi setiap persoalan hidup, serta memiliki jiwa suka menolong pada sesama, kemujuran akhirnya berpihak juga. Dari sengsara pada awalnya, lantas di akhir cerita berbuah nikmat dan bahagia.




Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sang Pemimpi

Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal- alter egonAndrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh yang yatim piatu yang disebut simpai keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat dan Jimbron adalah seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.

Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari, dari ketagihan mereka menonton film panas di bioskop dan akhirnya ketahuan guru mengaji mereka , kisah cinta Arai dan Jimbron, perpisahan Jimbron dengan ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang akhirnya membuat mereka berdua terpisah tetapi tetap akan bertemu di Perancis. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar , sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.





Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rahasia Yang Maha Indah

 Belajar Hidup Berkah dari Kekasih Allah.
Perjumpaan dengan Yang Mahalembut, Yang Mahakuasa, dan Yang Mahakasih acap kali memahatkan jejak yang teramat indah dan mulia pada hati setiap hamba. Kerap kali mereka tak bisa mengungkapkan pengalaman batin mereka dengan kata-kata. Apa yang terucap tak selamanya menggambarkan yang teralami. Syair, hikayat, dan munajat sering mereka jadikan sarana untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Karena itulah keindahan dan kehalusan senantiasa mewarnai karya-karya para wali.

Keindahan dan keluwesan itulah yang kita rasakan ketika membaca karya-karya Ibn Athaillah, termasuk Lathaiif al-Minan yang ada di tangan pembaca. Rahasia yang mahaindah dan misteri yang mahacantik tak bisa diungkapkan kata-kata. Namun, dengan tulus hati, Ibn Athaillah memberi kita kunci untuk membuka pintu-pintu khazanah yang selama ini hanya misteri. Dengan gaya tutur yang menawan, ia mengajak kita menapaki Jalan Ilahi. Ia menuntun kita menghindari jurang dan palung kesesatan. Kedalaman makna Alquran dan hadis yang mulia disajikan dengan cara yang paling memesona. Jika Muhammad Abduh bilang bahwa al-Hikam "nyaris seperti Alquran", Abdul Halim Mahmud menyebut Lathaiif al-Minan adalah mutiara yang terpendam di kedalaman samudra.

Buku ini penuh berkah, karena menceritakan dua sosok agung yang telah mencapai puncak ketinggian ruhani: Abu al-Hasan al-Syadzili r.a. dan Abu al-Abbas al-Mursi r.a. Buku ini pun teramat berharga karena setiap pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Ibnu Athaillah tak melewatkan penjelasan tentang berbagai persoalan yang selama ini pelik dan sulit dipahamiserta hal-hal istimewa lainnya.






Share
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS